Amalan- Amalan yang dapat menyebabkan tertolaknya adzab Allah Ta’ala dapat ditemukan dalam ajaran Islam yang luas. Buku yang ditulis Syekh Abdul Aziz Al-Musyaiqih,amalan- amalan yang menyebabkan tertolaknya adzab Allah Ta’ala. Azab apapun hukuman itu tidaklah enak,jika kembali kepada makna letterlate yang sebenarnya. Jadi kita sebagai manusia sudah seharusnya menghindari kegiatan apapun yang mendatangkan hukuman. Bahkan di dalam Islam bukan hanya sekedar hukuman saja yang bisa merusak citra diri kita, merusak martabatnya, menghilangkan kedudukan kita,semuanya harus kita hindari. Tidaklah boleh muslim dan muslimah sengaja menjerumuskan diri mereka kepada hal yang merusak
Banyak dalam ayat Al-Qur’an, Allah menjanjikan siapapun yang patuh dan beriman dan mengerjakan amal shaleh akan dibahagiakan. Allah subhanahu wa ta’ala mengajarkan kepada kita dengan beberapa cara untuk Selamat dari azab ataupun hukuman.
1. Tauhid (PengEsaan Allah)
Tauhin rububiyah,kita harus meyakini Allah yang mengatur semua yang ada di alam semesta ini. Ini merupakan hal yang sangat penting bagi kita sebagai manusia. Karena ini selalu membuat kita bertafakur dan akhirnya kita kembali kepada Allah Ta’ala.
Allah berfirman dalam Al’Qur’an surat An-Nahl Ayat 51 :
وَقَالَ اللّٰهُ لَا تَتَّخِذُوْٓا اِلٰهَيْنِ اثْنَيْنِۚ اِنَّمَا هُوَ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَاِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ
Artinya: “Allah berfirman, “Janganlah kamu menyembah dua tuhan. Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.”
Maka kita harus selalu percaya,bahwa hanya Allah lah kita menyembah dan meminta. Contohnya dalam kehidupan jika kita sedang mengalami sakit,hal yang pertama yang dapat kita lakukan sebelum ke dokter ialah berdoa kepada Allah,agar allah membuat dokter dan resep obatnya cocok dengan kita,dan akhirnya kita akan sembuh.Kita harus melibatkan Allah dalam setiap kegiatan apapun yang kita jalani.
2. Iman
Iman sesuatu yang diikrarkan dengan lisan, direnungi dengan pikiran dan diyakini dalam hati ,dan diaplikasikan dengan anggota tubuh,dengan apa yang allah perintahkan dan Allah larang.Misalnya kita beriman kepada Allah,kemudian kita pikirkan dengan akal kita,kita mulai merenungi tentang Allah SWT pencipta langit dan bumi,mentadabur ayat Al-Qur’an,mempelajari Hadist-hadist. Kemudian meyakini dalam hati apapun yang Allah janjikan benar,dan Apapun yang Allah larang itu artinya berbahaya.Dan kemudian aplikasikan dengan anggota tubuh.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 62.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Maka kita sebagai manusia yang beriman,hendaknya untuk mempercayai bahwa ketika kita beramal saleh dan percaya kepada Allah,maka kita akan mendapat balasan pahala dari Allah.
3. Doa
Islam memerintahkan umatnya untuk selalu berdoa kepada Allah SWT. Berdoa dalam setiap kegiatan ialah bentuk melibatkan Allah SWT dalam hal apapun. Berdoa menunjukkan bahwa Allah SWT adalah tempat memohon dan bersandar dalam kondisi apapun. Karena Dia-lah penguasa segalanya dan yang menentukan kehidupan umat manusia.
Doa adalah ibadah yang paling mulia di sisi Allah, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa“. [Sunan At-Timidzi, bab Do’a 12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Do’a 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362].
Referensi : https://almanhaj.or.id/72-keutamaan-dan-kemuliaan-doa.html
4. Istigfar dan Memohon Ampun
Istighfar dimulai dengan pengakuan sepenuh hati terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan. Muslim diwajibkan untuk menyadari kesalahan mereka dan merasa bertanggung jawab atas tindakan mereka di hadapan Allah.
Istighfar mencerminkan keyakinan seorang Muslim bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Mereka berharap Allah akan memberikan ampunan-Nya terhadap dosa-dosa mereka.
Terdapat pada Surat Nuh : 10-12 yang artinya “Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh : 10-12)
5. Melakukan yang Ma’ruf
Sesuatu yang baik dan mencegah yang kemungkaran, Seorang muslim beriman dan meyakini kewajiban beramar ma’ruf dan bernahi munkar, untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Setiap muslim punya kewajiban, yang Mukallaf (sudah baligh) dan dia bisa atau mampu lakukan itu.
6. Menjauhi Kedzaliman
Semua perbuatan yang melanggar perintah dan larangan Allah SWT adalah perbuatan yang menzalimi diri sendiri. Meninggalkan salat, tidak melaksanakan kewajiban puasa dan berzakat adalah contoh berbuat zalim kepada diri sendiri. Tidak mau melaksanakan perintah Allah berarti mau mencoba lari atau menolak hukum-Nya adalah menzalimi diri sendiri karena hukum dan ketentuan Allah SWT tetap berlaku.Maka dari itu kita harus menghindari hal-hal yang berhubungan dengan kedzaliman.
7. Sedekah
Penting untuk diingat bahwa sedekah bukan hanya tentang memberikan harta, tetapi juga dapat melibatkan pengorbanan waktu, keahlian, atau usaha untuk membantu sesama.Sedekah juga merupakan sebuah amalan yang baik Sedekah dipandang sebagai bentuk kebaikan dan sikap kepedulian terhadap kebutuhan orang lain, serta sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
8. Takut dari azab Allah itu sendiri
Takut terhadap azab Allah menekankan pentingnya persiapan untuk akhirat. Seorang Muslim diyakinkan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, dan akhirat adalah tempat penentuan nasib kekal yang mencerminkan amal perbuatan di dunia.
9. Syukur Nikmat
Syukur nikmat dimulai dengan pengakuan bahwa segala nikmat berasal dari Allah. Muslim diajarkan untuk menyadari bahwa setiap nikmat, baik yang besar maupun kecil, datang dari Allah Yang Maha Pemberi. Orang yang bersyukur diharapkan untuk mengekspresikan rasa syukurnya dengan tindakan dan ucapan yang sesuai. Hal ini dapat berupa ibadah, doa, atau perbuatan baik kepada sesama sebagai bentuk balasan atas nikmat yang diterima.
Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah yang husna. Yang memiliki maksud bahwa Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh hamba-hambaNya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun yang diperbuat. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).
Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini dengan riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya” (Tafsir Ath Thabari, 21/531).
10. Taubat dari Semua Kemaksiatan
Seseorang harus menyadari bahwa perbuatannya adalah kesalahan atau kemaksiatan yang melanggar hukum Allah.Taubat harus disertai dengan perasaan penyesalan yang mendalam terhadap perbuatan yang telah dilakukan.Taubat harus diikuti dengan keputusan untuk meninggalkan perbuatan maksiat tersebut dan berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi di masa depan.Seseorang harus meminta ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Memohon ampunan ini harus dilakukan dengan hati yang tulus dan penuh kerendahan hati. GrandMecca